Kasus pencurian komputer jinjing (laptop) milik Badan Antariksa
Amerika Serikat (NASA) yang terjadi tahun lalu ternyata tak main-main.
Sebab, laptop tersebut tak terenkripsi dan berisi data superpenting:
kode komando dan perintah untuk Stasiun Luar Angkasa Internasional
(International Space Station).
Demikian diungkap Inspektur
Jenderal NASA, Paul K Martin kepada parlemen Amerika Serikat Ia
menceritakan, laptop tersebut dicuri pada Maret 2011, "yang
mengakibatkan hilangnya algoritma" yang digunakan untuk mengontrol
stasiun luar angkasa internasional. Laptop ini, ujar Martin, adalah satu
dari 28 komputer jinjing milik NASA dan perangkat selular yang dicuri
dalam kurun waktu April 2009 sampai April 2011.
Beberapa kasus
pencurian mengakibatkan kebocoran data sensitif, termasuk dokumen
kontrol, data pribadi, dan kekayaan intelektual pihak ketiga. Juga nomor
rahasia jaminan sosial dan data program Constellation and Orion NASA.
Jumlah
pencurian faktual diperkirakan jauh lebih tinggi dari yang terdata.
Sebab, untuk mendata jumlah pencurian, NASA bergantung pada laporan para
pegawainya.
Apakah pencurian Laptop membahayakan stasiun luar angkasa internasional?
Dalam sebuah surat elektronik pada situs SecurityNewsDaily,
petugas urusan publik NASA, Trent Perrotto mengatakan, pencurian laptop
pada 2011 tidak membahayakan operasi stasiun luar angkasa internasional.
"NASA telah membuat kemajuan signifikan untuk memproteksi
sistem IT, dan dalam proses implementasi dari rekomendasi yang dibuat
oleh Inspektur Jenderal," kata Perrotto.
Kembali ke soal
pencurian, Paul K Martin menyebut, dari 47 serangan siber, 13 di
antaranya telah sukses dikompromikan komputer NASA.
Serangan-serangan tersebut adalah bagian dari 5.408 insiden cybersecurity tahun 2010 dan 2011 yang mengakibatkan malware
yang ditanam pada sistem yang dibuat dengan biaya sekitar US$7 juta.
"Cakupan jenis insiden luas, dari individu yang ingin menguji kemampuan
mereka dengan membobol sistem NASA hingga aksi kriminal terorganisasi
yang ingin menyusup, meretas, demi keuntungan materi. Juga ada
penyusupan yang ternyata disponsori intelijen asing," kata Martin.
Salah
satu contoh kasus aksi individu dalam rangka menguji kemampuannya
adalah yang dilakukan "TinKode", nama alias hacker Romania, Razvan
Manole Cernainu (20) yang menyadap server komputer di NASA Goddard Space
Flight Center di April 2011.
"Beberapa dari gangguan ini telah
dialami ribuan komputer NASA, yang menyebabkan gangguan signifikan pada
operasi misi, menyebabkan pencurian data kontrol dan data sensitif
lainnya.
Pengakuan Martin menggarisbawahi kesulitan staf IT NASA
untuk mengamankan laptop dan perangkat selular. Pada 1 Februari 2012,
hanya 1 persen dari perangkat portable NASA yang terenkripsi.
"Sampai
NASA sepenuhnya telah menerapkan solusi enkripsi data para perangkat
mobile dan portable, sistem penyimpanan data tetap berisiko tinggi
dicuri."
(sumber: SPACE.com)
Minggu, 18 Maret 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar