Beberapa Prinsip yang
perlu diperhatikan dalam Pembelajaran
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia-Nya makalah ini dapat terselesaikan, meskipun banyak kekurangan di
sana- sini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah PROFESI PENDIDIKAN. Dalam
makalah ini dijelaskan tentang Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk membantu dalam memahami profesi
pendidikan terutama yang berhubungan dengan prinsip – prinsip yang perlu
diperhatikan dalam pembelajaran.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
masukan dan kritikan sangat kami harapkan untuk penyusunan yang lebih baik.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar…………………………………......................................................................
Daftar
Isi………………………………………………………………………………………
BAB I
Pendahuluan..................................................................................................................
latar belakang............................................................................................................................
1.2 Batasan
Masalah………………………………………………………………………………
1.3 Rumusan
Masalah………………………………………………………………………….....
1.4 Tujuan………………………………………………………………………………… ...........
BAB II
Landasan Teori
2.1
Pengertian Pembelajaran dalam Dunia
Pendidikan…………………………………
2.2
Prinsip-prinsip
Pembelajaran………………………………………………….......…
BAB
III Pembahasan
3.1
Guru yang Mampu Membangkitkan Perhatian dan
Motivasi…………………. ......
3.2
Beberapa Cara Membangkitkan Perhatian dan Motivasi
Siswa…………….........
BAB IV
Penutup
4.1
Kesimpulan……………………………………………………………………….........
4.2
Saran……………………........................................................................................……
Daftar
Pustaka
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Salah satu tugas guru adalah
mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini tentu saja tidak dapat di lakukan
sembarangan, tetapi harus menggunakan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar
tertentu agar bisa bertindak secara tepat. Oleh karenanya, sebagai calon guru
perlu mempelajari teori dan prinsip-prinsip belajar yang dapat membimbing
aktivitas dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Walaupun teori belajar tidak dapat diharapkan menentukan langkah demi langkah
prosedur pembelajaran, namun bisa memberi arah prioritas-prioritas dalam
tindakan guru. Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat
mengungkap batas-batas belajar kemungkinan dalam pembelajaran.
Dalam melaksanakan
pembelajaran, pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip belajar dapat
membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat. Guru dapat terhindar dari
tindakan-tindakan yang kelihatannya baik tetapi nyatanya tidak berhasil
meningkatkan proses belajar siswa. Selain itu dengan teori dan prinsip-prinsip
belajar, ia memiliki dan mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang
peningkatan belajar siswa.
Banyak teori dan prinsip-prinsip
belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki
persamaan dan perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat
beberapa prinsip yang relativ berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar
dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya
belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip itu
berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan
langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta
perbedaan individual. Oleh karena itu, untuk lebih lengkapnya akan penulis
bahas dalam materi pembahasan di bawah ini dengan judul “ Beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan dalam pembelajaran “.
1.2 Batasan
Masalah
Prinsip-prinsip
pembelajaran yang akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini dibatasi hanya
pada prinsip-prinsip yang berkaitan dengan perhatian dan motivasi,keaktifan dan
keterlibatan langsung/berpengalaman.
1.3
Rumusan
Masalah
1.
Apa saja
yang termasuk dalam prinsip-prinsip pembelajaran dalam dunia pendidikan?
2.
Apa saja
prinsip pembelajaran yang berkaitan dengan perhatian dan motivasi?
3.
Apa pengaruh
penguasaan prinsip-prinsip pembelajaran yang berkaitan dengan perhatian dan
motivasi terhadap keberhasilan program pembelajaran?
1.4
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui apa saja yang termasuk dalam prinsip-prinsip pembelajaran dalam
dunia pendidikan.
2.
Untuk
mengetahui prinsip pembelajaran yang berkaitan dengan perhatian dan motivasi
3.
Untuk
mengetahui pengaruh penguasaan prinsip-prinsip pembelajaran yang
berkaitan dengan perhatian dan motivasi terhadap keberhasilan program
pembelajaran
BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1
Pengertian
Pembelajaran dalam dunia pendidikan
Pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi
proses perolehan ilmu dan pengetahun, penguasaan, kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan kepada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik.
Di sisi lain pembelajaran mempunyai
pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi
yang berbeda dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat
belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang
dibentukan, juga dapat mempengaruhi perubahan sikap, serta keterampilan seorang
peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai
pekerjaan suatu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran
menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat
tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajaran yang
memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu mempalisitasi
motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar.
Target belajar dapat di ukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa
melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, di tunjang fasilitas
yang memadai, di tambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik
lebih mudah mencapai target belajar.
2.2
Prinsip-prinsip Pembelajaran
Berikut ini adalah prinsip umum
pembelajaran yang penulis rangkum dari beberapa pakar pembelajaran yang
meliputi :
1.
Perhatian
dan motivasi
Perhatian
mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori
belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tidak
mungkin adanya belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa
apabila bahan pembelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan
pembelajaran itu di rasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, di perlukan untuk
belajar lebih lanjut atau di perlukan dalam kehidupan sehari –hari, akan
membangkitkan perhatian dan juga motivasi untuk mempelajarinya. Apabila dalam
diri siswa tidak ada perhatian terhadap pelajaran yang dipelajari, maka siswa
tersebut perlu dibangkitkan perhatiannya. Dalam proses pembelajaran, perhatian
merupakan faktor yang besar pengaruhnya, kalau peserta didik mempunyai
perhatian yang besar mengenai apa yang dipelajari peserta didik dapat menerima
dan memilih stimulus yang relevan untuk diproses lebih lanjut di antara sekian
banyak stimulus yang datang dari luar. Perhatian dapat membuat peserta didik
untuk mengarahkan diri pada tugas yang akan diberikan, melihat masalah-masalah
yang akan diberikan, memilih dan memberikan fokus pada masalah yang harus
diselesaikan.
Di
samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar.
Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.
Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memilki minat
terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan
dengan demikian timbul motivasi untuk mempelajarinya. Misalnya siswa yang
menyukai pelajaran matematika akan merasa senang belajar matematika dan
terdorong untuk belajar lebih giat, karenanya adalah kewajiban bagi guru untuk
bisa menanamkan sikap positif pada diri siswa terhadap mata pelajaran yang
menjadi tanggung jawabnya. Motivasi dapat diartikan sebagai tenaga pendorong
yang menyebabkan adanya tingkah laku kea rah suatu tujuan tertentu. Ada tidaknya
motivasi dalam diri peserta didik dapat diamati dari observasi tingkah lakunya.
Apabila peserta didik mempunyai motivasi, ia akan:
a.
Bersungguh-sungguh
menunjukan minat, mempunyai perhatian, dan rasa ingin tahu yang kuat untuk ikut
serta dalam kegiatan belajar.
b.
Berusaha
keras dan memberi waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan tersebut.
c.
Terus
bekerja sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan.
2.
Keaktifan
Menurut
pandangan psikologi, anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan
untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak
bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan pada orang
lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak mengalami sendiri.
John Dewey
mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siawa
untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari dirinya sendiri, guru
hanya sebagai pembimbing dan pengarah. Menurut teori ini anak memiliki sifat
aktif, kontruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu mencari, menemukan
dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya.
Thordike
mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “ law of exercise “.
Hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat jika sering di pakai dan akan
berkurang bahkan lenyap jika tidak pernah digunakan.
Mc.Keachie
menemukakan bahwa individu merupakan “ manusia belajar yang aktif selalu ingin
tahu “. Dalam proses belajar, siswa harus menampakan keaktifan. Keaktifan itu
dapat berupa kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis dan
berlatih keterampilan–keterampilan. Kegiatan psikis misalnya menggunakan
pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan
suatu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan.
3.
Keterlibatan
langsung/Pengalaman
Belajar
haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah mengalami dan tidak bisa
dilimpahkan pada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar
mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman
langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak hanya
mengamati, tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan
tanggung jawab terhadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang yang belajar membuat
tempe yang paling baik apabila ia terlibat secara langsung dalam pembuatan,
bukan hanya melihat bagaimana orang membuat tempe, apalagi hanya mendengar
cerita bagaimana cara pembuatan tempe. Pembelajaran yang efektif adalah
pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan
aktivitas sendiri.
Dalam
konteks ini siswa belajar sambil bekerja, karena dengan bekerja mereka
memperoleh pengetahuan, pemahaman, pengalaman serta dapat mengembangkan
keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat. Hal ini juga sebagaimana
yang di ungkapkan Jean Jacques Rousseau bahwa anak memiliki petensi-potensi
yang masih terpendam, melalui belajar anak harus di beri kesempatan
mengembangkan atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut. Sesungguhnya anak
mempunyai kekuatan sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan dan mengembangkan
diri sendiri. Dengan demikian, segala pengetahuan itu harus di peroleh dengan
pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, bekerja sendiri,
dengan fasilitas yang diciptakan sendiri. Pembelajaran itu akan lebih bermakna
jika siswa “ mengalami sendiri apa yang telah dipelajarinya bukan “ mengetahui
“ dari informasi yang di sampaikan guru, sebagaimana yang di kemukakan Nurhadi
bahwa siswa akan belajar dengan baik apabila yang mereka pelajari berhubungan
dengan apa yang mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa
terlibat aktif dalam proses belajar disekolah.
Dari
berbagai pandangan para ahli tersebut menunjukan betapa pentingnya keterlibatan
siswa secara langsung dalam proses pembelajaran. Pentingnya keterlibatan
langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan “ learning by doing
“. Prinsip ini di dasarkan pada asumsi bahwa para siswa dapat memperoleh lebih
banyak pengalaman dengan cara keterlibatan secara aktif dan proporsional, di
bandingkan dengan bila mereka hanya melihat materi/konsep.
4.
Pengulangan
Prinsip
belajar yang menekankan perlunya pengulangan adalah teori psikologi daya.
Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya apa yang ada pada manusiia
yang terdiri atas daya mengamati, menanggap, mengingat, menghayal, merasakan,
berfikir dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut
akan berkembang, seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam,
maka daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan sempurna.
Dalam proses
belajar, semakin sering materi pelajaran diulang maka semakin ingat dan melekat
pelajaran itu dalam diri seseorang. Mengulang besar pengaruhnya dalam belajar,
karena adanya pengulangan “ bahan yang belum begitu dikuasai serta mudah
terlupakan “ akan tetap tertanam dalam otak seseorang. Mengulang dapat secara
langsung sesudah membaca, tetapi juga bahkan lebih penting adalah mempelajari
kembali bahan pelajaran yang sudah dipelajari misalnya dengan membuat
ringkasan. Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori
koneksionisme-nya Thordike.
5.
Tantangan
Teori medan
dari Kurt Lewis mengemukakan bahwa siswa belajar dalam suatu medan. Dalam
situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu
terdapat hambatan dalam mempelajari bahan belajar maka timbullah motif untuk
mengatasi hambatan itu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.
Apabila
hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai maka ia akan
dalam medan baru dan tujuan baru demikian seterusnya. Menurut teori ini belajar
adalah berusaha mengatasi hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan agar pada
diri anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan yang baik, maka bahan
pelajaran harus menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat
siswa bersemangat untuk mengatasinya. Bahan pelajaran yang baru yang banyak
mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk
mempelajarinya.
6.
Balikan dan
Penguatan
Prinsip
belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan adalah teori belajar
operant conditioning dari B.F .Skinner. kunci dari teori ini adalah hukum
effeknya Thordike, hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat. Jika
disertai perasaan senang atau puas dan sebaliknya bisa lenyap jika disertai
perasaan tidak senang. Artinya jika suatu perbuatan itu menimbulkan efek lain,
maka perbuatan itu cenderung diulangi lagi. Siswa akan belajar lebih semangat
apabila mengetahuidan mendapat hasil yang baik. Apabila hasilnya baik akan
menjadi balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar
selanjutnya.
Namun
dorongan belajar itu tidak saja dari penguatan yang menyenangkan tetapi juga
yang tidak menyenangkan atau dengan kata lain adanya penguatan positif maupun
negatif dapat memperkuat belajar. Siswa yang belajar sungguh-sungguh akan
mendapat nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak
untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operan
conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang
jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak
naik kelas ia terdorong untuk belajar yang lebih giat. Di sini nilai jelek dan
takut tidak naik kelas juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat,
inilah yang disebut penguatan negatif.
7.
Perbedaan
Individu
Siswa
merupakan makhluk individu yang unik yang mana masing-masing mempunyai
perbedaan yang khas, seperti perbedaan intelegensi, minat, bakat, hobi, tingkah
laku maupun sikap, mereka berbeda pula dalam hal latar belakang kebudayaan,
social ekonomi dan keadaan orang tuanya. Guru harus memahami perbedaan siswa
secara individu, agar dapat melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaannya
itu.
Siswa akan
berkembang sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Setiap siswa juga memilki
tempo perkembangan sendiri-sendiri, maka guru dapat memberikan pelajaran sesuai
dengan temponya masing-masing., perbedaan individu ini berpengaruh pada cara
dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh
guru dalam upaya pembelajaran. System pendidikan klasik yang dilakukan di
sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individu, umumnya pelaksanaan
pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan
rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Guru yang
mampu membangkitkan perhatian dan motivasi
Telah
disebutkan di muka bahwa perhatian dan motivasi merupakan hal yang sangat
menentukan dalam proses belajar mengajar. Baik guru sebagai pengajar maupun
murid sebagai peserta didik harus memiliki perhatian dan motivasi yang tinggi
ketika terlibat dalam proses belajar dan mengajar.
Peran
guru dalam membangkitkan perhatian dan motivasi siswa sangat menentukan
keberhasilan proses belajar mengajar. Sehingga guru yang paling ideal adalah
guru yang bukan hanya menyampaikan materi tetapi juga bisa memotivasi siswa
dengan cara menginspirasinya.
Seorang guru
tidak akan berhasil memotivasi siswa ketika di dalam dirinya sendiri tidak
memiliki motivasi dan kecintaan yang tinggi terhadap tugasnya sebagai seorang
guru. Dengan demikian guru yang ideal dan berhasil dalam menjalankan proses
belajar mengajar adalah guru yang memiliki dedikasi yang tinggi terhadap
tugas-tugasnya yang dijalankannya dengan penuh cinta dan keikhlasan. Guru
yang demikian akan senantiasa memiliki ide dan tergugah untuk senantiasa mencari
solusi bagi permasalahan yang dihadapinya maupun permasalahan anak didiknya.
3.2. Beberapa
cara membangkitkan perhatian dan motivasi siswa
Seorang guru yang ingin
berhasil dalam program pembelajaran harus memiliki pengetahuan dan pengalaman
tentang bagaiaman memotivasi dan menarik perhatian peserta didiknya. Beberapa
hal yang bisa dilakukan untuk menarik perhatian dan motivasi siswa adalah
sebagai berikut :
a.
Mempahamkan
siswa bahwa hal yang akan dipelajarinya adalah ada kaitannya
dengan kebutuhan hidupnya kelak secara langsung.
b.
Senantiasa
mengikuti perkembangan lingkungan pergaulan peserta didik dan
ketertarikannya dengan hal-hal khusus, dan selalu menghubungkan materi yang
disampaikan dengan dunia yang dekat dan menarik baginya.
c.
Senantiasa
menggunakan kata-kata yang positif dalam mengomentari, menanggapi,maupun
menindak lanjuti segala bentuk reaksi peserta didik sehingga tidak memunculkan
kesan negatif di dalam diri peserta didik terhadap guru.
d.
Tanamkan
kesan kepada peserta didik bahwa dirinya senantiasa mendapatkan perhatian penuh
dari gurunya dengan selalu menyampaikan catatan kemajuan semua siswa secara
rutin di hadapan mereka. Catatan kemunduran siswa disampaikan secara pribadi
kepada siswa yang bersangkutan saja. Dengan cara ini siswa akan merasa dirinya
senantiasa dipantau dan diperhatikan secara penuh oleh gurunya. Karena detil
perkembangannya diketahui secara jelas.
e.
Senantiasa
memberikan penghargaan terhadap sekecil apapun kemajuan yang diraih siswa.
f.
Memotivasi
dengan memberikan gambaran keberhasilan tokoh-tokoh idola mereka yang memiliki
perjalanan hidup yang bisa dijadikan contoh untuk berjuang dan maju dengan
penuh motivasi.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
1.
Dalam proses
belajar mengajar kepribadian guru sebagai faktor yang sangat penting dan sangat
berpengaruh terhadap para siswa.
2.
Guru harus
menguasai hal-hal yang berhubungan dengan prinsip-prinsip pembelajaran agar
tidak salah dalam mengambil tindakan.
3.
Guru yang
baik adalah guru bisa menginspirasi siswa dan mengajar dengan penuh kecintaan
4.
Perhatian
dan motivasi adalah hal yang senantiasa harus dimunculkan dalam kegiatan
pembelajaran untuk lebih memudahkan mencapai keberhasilan
4.2.
Saran
1.
Guru
seharusnya dapat membina siswa dengan penuh cinta dan keikhlasan yang
tinggi agar dirinya sendiri maupun siswa didiknya termotivasi untuk maju dan
meraih prestasi.
Daftar
Pustaka
Hamalik, Oemar .1990. Psikologi
Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo
Harsono.1988. Choaching dan
aspek-aspek psikologi dalam choacing. Jakarta : CV. Tambak Kusuma
Suryabrata, Sumadi.1990. Psikologi
perkembangannya. Yogjakarta : Rake Sarasin
Robbin, Stephen.2007. perilaku
organisasi buku. Jakarta : Salemba Empat
0 komentar:
Posting Komentar