MACAM MACAM CONTOH TEKNIK DALAM PENGAMBILAN SAMPEL
Cara Menentukan Besarnya Sampel (Sample Size)
Semakin besar sampel yg diambil akan semakin representatif dari
populasi dan hasil penelitian lbh dapat digeneralisasikan. Masalah besar
sampel merupakan hal yg sulit utk dijawab sebab terkadang dipengaruhi
oleh dana yg tersedia utk melakukan penelitian. Namun demikian hal yg
penting utk diperhatikan adl terdapat alasan yg logis utk pemilihan
teknik sampling serta besar sampel dilihat dari sudut metodologi
Penelitian.
Dilihat dari substansi tujuan penarikan sampel yakni utk memperoleh
representasi populasi yg tepat maka besar sampel yg akan diambil perlu
mempertimbangkan karakteristik populasi serta kemampuan estimasi.
Pertimbangan karakteristik populasi akan menentukan teknik pengambilan
sampel ini dimaksudkan utk mengurangi atau menghilangkan bias sementara
kemampuan estimasi berkaitan dgn presisi dalam mengestimasi populasi
dari sampel serta bagaimana sampel dapat digeneralisasikan atas populasi
upaya utk mencapai presisi yg lbh baik memerlukan penambahan sampel
seberapa besar sampel serta penambahan akan tergantung pada variasi
dalam kelompok tingkat kesalahan yg ditoleransi serta tingkat
kepercayaan.
Menurut Pamela L. Alreck dan Robert B. Seetle dalam buku The Survey
Research Handbook utk Populasi yg besar sampel minimum kira-kira 100
responden dan sampel maksimum adl 1000 responden atau 10% dgn kisaran
angka minimum dan maksimum.
Secara lbh rinci Jack E. Fraenkel dan Norman E. Wallen menyatakan bahwa
minimum sampel adl 100 utk studi deskriptif 50 utk studi korelasional
30 per kelompok utk studi kausal komparatif. L.R Gay dalam buku
Educational Research menyatakan bahwa utk riset deskriptif besar sampel
10% dari populasi riset korelasi 30 subjek riset kausal komparatif 30
subjek per kelompok dan riset eksperimental 50 subjek per kelompok.
Sementara itu Krejcie dan Morgan menyusun ukuran besar sampel dalam
bentuk tabel sebagai berikut :
Besar Sampel menurut besar Populasi
Populasi
|
Sampel
|
5
|
5
|
10
|
10
|
15
|
14
|
20
|
19
|
25
|
24
|
30
|
28
|
35
|
32
|
40
|
36
|
45
|
40
|
50
|
44
|
55
|
48
|
60
|
52
|
65
|
56
|
70
|
59
|
75
|
63
|
80
|
66
|
85
|
70
|
90
|
73
|
95
|
76
|
100
|
80
|
110
|
86
|
120
|
92
|
130
|
97
|
140
|
103
|
150
|
108
|
160
|
113
|
170
|
118
|
180
|
123
|
190
|
127
|
200
|
132
|
210
|
136
|
220
|
140
|
230
|
144
|
240
|
148
|
250
|
152
|
260
|
155
|
270
|
159
|
280
|
162
|
290
|
165
|
300
|
169
|
320
|
175
|
340
|
181
|
360
|
186
|
380
|
191
|
400
|
192
|
420
|
196
|
440
|
201
|
460
|
205
|
480
|
210
|
484
|
214
|
500
|
217
|
550
|
226
|
600
|
234
|
650
|
242
|
700
|
248
|
750
|
254
|
800
|
260
|
850
|
265
|
900
|
269
|
950
|
274
|
1000
|
278
|
1100
|
285
|
1200
|
291
|
1300
|
297
|
1400
|
302
|
1500
|
306
|
1600
|
310
|
1700
|
313
|
1800
|
317
|
1900
|
320
|
2000
|
322
|
2200
|
327
|
2400
|
331
|
2600
|
335
|
2800
|
338
|
3000
|
341
|
3500
|
346
|
4000
|
351
|
4500
|
354
|
5000
|
357
|
6000
|
361
|
7000
|
364
|
8000
|
367
|
9000
|
368
|
10000
|
370
|
15000
|
375
|
20000
|
377
|
30000
|
379
|
40000
|
380
|
50000
|
381
|
75000
|
382
|
100000
|
382
|
1000000
|
384
|
Dari Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Sumanto 1995)
Teknik Pengambilan Sampel, (Cluster Sampling) Pengambilan Sampel Kelompok
Cluster Sampling adl teknik pengambilan sampel dimana pemilihan mengacu pada kelompok bukan pada individu. Cara seperti ini baik sekali utk dilakukan apabila tak terdapat atau sulit menentukan/menemukan kerangka sampel meski dapat juga dilakukan pada populasi yg kerangka sampel sudah ada. Sebagai contoh : Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan ingin mengetahui bagaimana Sikap Guru SLTP terhadap Kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) besar sampel adl 300 orang kemudian ditentukan Cluster misal sekolah Jumlah SLTP sebanyak 66 Sekolah dgn rata-rata jumlah Guru 50 orang maka jumlah cluster yg diambil adl 300 : 50 = 6 kemudian dipilih secara acak enam Sekolah dan dari enam sekolah ini dipilih secara acak 50 orang Guru sebagai anggota sampel. Pengambilan sampel dgn cara yg sudah disebutkan di atas umum dilakukan pada populasi yg bersifat terbatas (Finit) sementara itu utk Populasi yg jumlah dan identitas anggota populasi tak diketahui (Infinit) pengambilan sampel biasa dilakukan secara tak acak (Non random Sampling). Adapun yg termasuk pada cara ini adl :- Quota Sampling : yaitu penarikan sampel yg hanya menekankan pada jumlah sampel yg harus dipenuhi.
- Purposive Sampling : pengambilan sampel hanya pada individu yg didasarkan pada pertimbangan dan karakteristik tertentu.
- Accidental Sampling : pengambilan sampel dgn jalan mengambil individu siapa saja yg dapat dijangkau atau ditemui.
Teknik Pengambilan Sampel, (Stratified Sampling) Pengambilan Sampel Berstrata
Pengambilan sampel berstrata merupakan teknik pengambilan sampel dimana populasi dikelompokan dalam strata tertentu kemudian diambil sampel secara random dgn proporsi yg seimbang sesuai dgn posisi dalam populasi. Sebagai contoh seorang Kepala Sekolah ingin mengetahui tanggapan Siswa tentang pelaksanaan program Keterampilan. Jumlah Siswa sebanyak 2000 orang dgn komposisi kelas 3 sebanyak 600 siswa kelas 2 sebanyak 400 siswa dan kelas 1 sebanyak 1000 siswa besar sampel yg akan diambil adl 200 orang jika strata berdasarkan Kelas maka langkah yg harus dilakukan adl :- Tetapkan proporsi strata dari populasi hasil kelas 3 sebesar 30% Kelas 2 sebesar 20% dan kelas 1 sebesar 50%
- Hitung besar sampel utk masing-masing strata hasil kelas 3 sebanyak 60 siswa kelas 2 sebanyak 40 siswa dan kelas 1 sebanyak 100 siswa
- Kemudian pilih anggota sampel utk masing-masing strata secara acak (random sample).
Teknik Pengambilan Sampel, (Systematic Sampling) Pengambilan Sampel secara Sistimatis
Systematic Sampling (Pengambilan Sampel secara Sistimatis) merupakan Alternatif lain pengambilan sampel yg sangat bermanfaat utk pengambilan sampel dari populasi yg sangat besar. Pengambilan sampel secara sistematis adl suatu metode dimana hanya unsur pertama dari sampel yg dipilih secara acak sedang unsur-unsur selanjut dipilih secara sistematis menurut suatu pola tertentu. Sebagai contoh Kepala Dinas Pendidikan ingin mengetahui bagaimana Motivasi Kerja Kepala Sekolah di Kabupaten Kuningan yg berjumlah 1000 orang dan akan mengambil sempel 100 orang Kepala sekolah kemudian Nama-nama Kepala Sekolah disusun secara alpabetis lalu dipilih sampel per sepuluh Kepala Sekolah utk itu disusun nomor dari 1 sampai 10 lalu diundi utk memilih satu angka jika angka lima yg keluar maka sampel adl nomor 5 15 25 35 dan seterus sampai diperoleh jumlah sampel yg dikehendaki. Dalam pengambilan sampel secara sistematis dikenal dua istilah yaitu interval pengambilan sampel (Sampling intervals) yaitu perbandingan antara populasi dgn sampel yg diinginkan dan proporsi pengambilan sampel (sampling Fraction/Sampling Ratio) yaitu perbandingan antara ukuran sampel dengan populasi. Dari contoh di atas Sampling interval adl 1000 : 100 = 10 dan sampling ratio adl 100 : 1000 = 01. Contoh tersebut juga dapat disebut sebagai Systematic Sampling with random start dimana awal penentuan sampel dilakukan secara acak baru sesudah itu dilakukan langkah-langkah sistematis sesuai dgn prosedurnya. Cara pengambilan sampel seperti ini menurut Jack R. Fraenkel dan Norman E Wallen bisa dikategorikan sebagai random sampling jika daftar populasi disusun secara random dan sampel diambil dari daftar tersebut. baca juga Simple Random SamplingTeknik Pengambilan Sampel, Simple Random Sampling
Pengambilan (Simple Random Sampling) sampel acak sederhana adl suatu cara pengambilan sampel dimana tiap unsur yg membentuk populasi diberi kesempatan yg sama utk terpilih menjadi sampel. Cara ini sangat mudah apabila telah terdapat daptar lengkap unsur-unsur populasi. Prosedur yg cukup akurat utk pengambilan sampel secara acak adl dgn menggunakan tabel angka acak (Table of random numbers) disamping itu dapat pula dilakukan dgn cara mengundi. Pengambilan sampel acak yg dilakukan sesuai prosedur sama sekali bukan jaminan bahwa suatu sampel akan menjadi representasi sempurna dari populasi krn bisa saja terjadi pengambilan sampel secara random dalam kenyataan menghasilkan suatu sampel yg unik akan tetapi perlu pengambilan sampel secara acak harus dipahami dalam konteks proses kemungkinan apabila sampel acak diambil dari suatu populasi secara berulang-ulang maka secara umum seluruh sampel tersebut akan mampu memberikan estimasi yg lbh akurat terhadap populasi demikian juga variabilitas atau kekeliruan dapat diestimasi dan uji signifikansi statistik juga menunjukan probabilitas hasil dgn mempertimbangkan kekeliruan pengambilan sampel (Sampling Error). Baca juga Systematic Sampling, Stratified Sampling
SUMBER : http://beritaislamimasakini.com
0 komentar:
Posting Komentar