BAHAN YANG DIGUNAKAN DALAM RANCANGAN DI HELM ROSSI DAN LORENZO
Sebagai penunjang keselamatan utama pembalap seperti Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo, helm MotoGP didesain tidak semata untuk menahan benturan, tetapi juga harus tahan panas terhadap gesekan di aspal.
Selain wearpack, helm menjadi fokus utama para arsitek di laboratorium. Guna membuat helm yang tahan benturan dari kecepatan kira-kira 300km/jam tentu menjadi tantangan tersendiri. Di era balap modern, helm dikembangkan dengan teknologi milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Perangkat pelindung ini dinamakan Race Shield yang diletakkan di bagian helm dan beberapa bagian motor.
Penerapan teknologi luar angkasa pada helm ternyata menginspirasi Jorge Lorenzo membuat helm bermotif astronot. Helm tersebut berkelir putih bernuansa perak ini digunakan Lorenzo di MotoGP Indianapolis.
Teknologi Race Shield mulanya dikembangkan untuk melindungi badan pesawat ulang-alik. Prinsipnya, perangkat ini harus tahan gesekan, termasuk gesekan dengan atmosfer. Penggunaan Race Shield di helm MotoGP tentu untuk menghindari pecahnya helm ketika pembalap jatuh dari kecepatan tinggi sekaligus risiko helm terbakar ketika terseret di aspal.
Bahan yang digunakan harus bersifat flame resistance atau tahan panas. Pelindung kepala ini tidak boleh menimbulkan percikan api ketika mencapai suhu 50 derajat celcius saat terseret di aspal.
Selain mencangkok teknologi NASA, insinyur juga harus memperhatikan tali pengaman pada motor. Teknologi ini beken disebut Positional Stability. Teknologi ini fokus pada seberapa kuat tali menjaga helm tetap di kepala ketika si rider terjatuh. Para pembalap dan penggiat balap roda dua sempat mendesak produsen helm balap profesional, terus memperbaiki Positional Stability di helm menyusul kasus kematian Marco Simoncelli.
Helm Super Sic terlepas ketika ditabrak oleh Colin Edwards dan Valentino Rossi di Sepang musim 2011. Diduga, terlepasnya helm menjadi pemicu kematian Simoncelli.
Selain harus memenuhi unsur tahan panas dan memiliki tali yang kuat, masih menurut MCN, helm balap MotoGP harus memiliki unsur Dynamic Retention resist (kemampuan helm bertahan ketika dijatuhkan), Chin Bar resist (perlindungan dagu), Shell Penetration resist (ketahanan batok helm), Faceshield Penetration resist (perlindungan pada muka). Kriteria tersebut wajib dimiliki helm MotoGP.
Banyak campuran bahan untuk membuat satu unit helm MotoGP, namun lapisan polystyrene dengan tingkat ketebalan 2,5cm menjadi yang utama. Lapisan ini yang bertugas meredam benturan ketika kecelakaan terjadi.
Adalah Snell Foundation, lembaga independen yang digandeng FIM (Federasi balap motor internasional) untuk menguji setiap helm yang digunakan pembalap. Sebelum mengantongi sertifikasi dari Snell, rangkaian tes dilakukan dilakukan di fasilitas laboratorium uji tercanggih yang dinamakan state of the art Snell. Lokasinya di California, Amerika Serikat. (Rjp/Rco)
Sumber : liputan6.com
Sebagai penunjang keselamatan utama pembalap seperti Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo, helm MotoGP didesain tidak semata untuk menahan benturan, tetapi juga harus tahan panas terhadap gesekan di aspal.
Selain wearpack, helm menjadi fokus utama para arsitek di laboratorium. Guna membuat helm yang tahan benturan dari kecepatan kira-kira 300km/jam tentu menjadi tantangan tersendiri. Di era balap modern, helm dikembangkan dengan teknologi milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Perangkat pelindung ini dinamakan Race Shield yang diletakkan di bagian helm dan beberapa bagian motor.
Penerapan teknologi luar angkasa pada helm ternyata menginspirasi Jorge Lorenzo membuat helm bermotif astronot. Helm tersebut berkelir putih bernuansa perak ini digunakan Lorenzo di MotoGP Indianapolis.
Teknologi Race Shield mulanya dikembangkan untuk melindungi badan pesawat ulang-alik. Prinsipnya, perangkat ini harus tahan gesekan, termasuk gesekan dengan atmosfer. Penggunaan Race Shield di helm MotoGP tentu untuk menghindari pecahnya helm ketika pembalap jatuh dari kecepatan tinggi sekaligus risiko helm terbakar ketika terseret di aspal.
Bahan yang digunakan harus bersifat flame resistance atau tahan panas. Pelindung kepala ini tidak boleh menimbulkan percikan api ketika mencapai suhu 50 derajat celcius saat terseret di aspal.
Selain mencangkok teknologi NASA, insinyur juga harus memperhatikan tali pengaman pada motor. Teknologi ini beken disebut Positional Stability. Teknologi ini fokus pada seberapa kuat tali menjaga helm tetap di kepala ketika si rider terjatuh. Para pembalap dan penggiat balap roda dua sempat mendesak produsen helm balap profesional, terus memperbaiki Positional Stability di helm menyusul kasus kematian Marco Simoncelli.
Helm Super Sic terlepas ketika ditabrak oleh Colin Edwards dan Valentino Rossi di Sepang musim 2011. Diduga, terlepasnya helm menjadi pemicu kematian Simoncelli.
Selain harus memenuhi unsur tahan panas dan memiliki tali yang kuat, masih menurut MCN, helm balap MotoGP harus memiliki unsur Dynamic Retention resist (kemampuan helm bertahan ketika dijatuhkan), Chin Bar resist (perlindungan dagu), Shell Penetration resist (ketahanan batok helm), Faceshield Penetration resist (perlindungan pada muka). Kriteria tersebut wajib dimiliki helm MotoGP.
Banyak campuran bahan untuk membuat satu unit helm MotoGP, namun lapisan polystyrene dengan tingkat ketebalan 2,5cm menjadi yang utama. Lapisan ini yang bertugas meredam benturan ketika kecelakaan terjadi.
Adalah Snell Foundation, lembaga independen yang digandeng FIM (Federasi balap motor internasional) untuk menguji setiap helm yang digunakan pembalap. Sebelum mengantongi sertifikasi dari Snell, rangkaian tes dilakukan dilakukan di fasilitas laboratorium uji tercanggih yang dinamakan state of the art Snell. Lokasinya di California, Amerika Serikat. (Rjp/Rco)
Sumber : liputan6.com
0 komentar:
Posting Komentar