Minggu, 08 Februari 2015

SIKAF POSITIF TERHADAP PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA




SIKAF POSITIF TERHADAP PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

·         Sikap Positif Terhadap nilai-nilai ketuhanan dapat ditunjukkan dengan perilaku :
 a. Melaksanakan kewajiban dan keyakinannya tehadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. b. Mengembangkan toleransi antarumat beragama menuju terwujudnya kehidupan serasi seimbang serta selaras. c. Tidak memaksakan agama dan kepercayaan kepada orang lain. d. Membina kerja sama dan tolong menolong antarumat beragama.
·         Sikap dan perilaku menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dapat ditunjukkan dengan perilaku : a. Memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa b. Mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban setiap manusia tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, jenis kelamin, kedudukan sosial, dan sebagainya c. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, tenggang rasa, tidal semena-mena terhadap orang lain d. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan, seperti meringankan beban orang lain, meringankan beban orang lain,membantu orang lain yang membutuhkan, dan sebagainya
·         Sikap dan perilaku menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan Indonesia dapat ditunjukan dengan perilaku: a. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara Indonesia b. Mencintai tanah air dan bangsa Indonesia serta bangga menjadi bangsa Indonesia c. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika d. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa dan lain- lain
·         Sikap dan perilaku menjunjung tinggi nilai-nilai permusyawaratan / perwakilan dapat ditunjukan: a. Mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan bersama b. Tidak boleh memaksakan kehendak, melakukan intimidasi, dan berbuat anarkis kepada orang lain jika kita beda pendapat c. Mengakui bahwa setiap warga negara memiliki kedudukan, hak, kewajiban yang sama d. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil rakyat yang terpilih untuk melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya
·         Sikap dan perilaku menjunjung nilai-nilai keadilan sosial dapat ditunjukan dengan perilaku: a. Mengembangkan sikap gotong royong dalam lingkungan masyarakat b. Tidak melakukan perbuatan yang dapat merugikan kepentingan orang lain c. Suka bekerja keras mengatasi masalah pribadi, masyarakat, bangsa, dan negara d. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial melalui karya nyata
·         Rasa fanatik terhadap agama lain – Rasa ini timbul karena menganggap agama yang dipeluknya adalah agama yang paling baik, sehingga agama lain tidak memiliki hak untuk menempati bumi pertiwi ini. Pancasila sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”, berarti bukan hanya pemeluk agama tertentu pun yang boleh tinggal di Negara ini, karena Negara ini bukan Negara yang menuntut penduduknya memeluk agama tertentu.
o   Namun pada kenyataannya banyak formas-formas agama Islam yang menginginkan Negara Indonesia menjadi Negara Islam. Namun hal ini dirasa kurang tepat apabila kita melihat lagi Pancasila sila pertama. Selain itu pemerintah tidak memiliki hak memaksa penduduknya untuk memeluk agama tertentu karena sudah tertuang pada UUD 1945 pasal 28E ayat (1).
·         TKI di Aniaya di Negeri orang – Sering kali kita dengar banyak TKI yang di aniaya oleh majikannya di luar negeri. Terkadang tak sedikit pula TKI Indonesia yang pulang hanya membawa derita dan ada pula yang pulang dengan keadaan sudah tak bernyawa. Pancasila sila ke-2 “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” hal ini menjelaskan bahwa kita seharusnya “memanusiakan manusia”.
o   Namun dalam kehidupan sehari-hari banyak pula yang melakukan hal semena-mena. Hal ini karena mereka(majikan terutama di luar negeri) menganggap bahwa pembantu yang sudah mereka pekerjakan di keluarga mereka menjadi hak mereka. Sehingga apapun yangmereka mau harus dituruti oleh pembantu yang kebanyakan adalah TKI dari Indonesia.
·         Minimnya Rasa Nasionalisme – Hal ini diakibatkan karena rasa kedaerahan yang masih melekat pada diri seseorang. Indonesia terkenal dengan keberagaman suku bangsa dan kebudayaan. Namun hal ini juga berdampak pada kurangnya rasa nasionalisme, karena selalu menganggap budaya dan suku bangsanya yang paling hebat, bisa juga karena perbedaan pendapat. Sehingga banyak terjadi peperangan antar suku bangsa bahkan peperangan antar desa. Semua itu tidak sesuai dengan Pancasila sila ketiga “Persatuan Indonesia”.
·         Pemimpin Yang Kurang Memperhatikan Rakyat – Pancasila sila keempat “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan”. Kata Perwakilan dapat diartikan sebagai WAKIL DARI RAKYAT. Namun para pemimpin-pemimpin rakyat sepertinya kurang diperhatikan, baik dalam kesejahteraan maupun kesehatannya.
o   Malah tak sedikit para petinggi-petinggi yang “Memakan uang rakyat”. Padahal sesuai dengan pasal 19 ayat (1) “Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum.” Namun semboyan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat sudah tak lagi bisa di rasakan oleh rakyat.
·         Ketidak adilan dalam mata hukum – Belakangan ini banyak kita dengar para jaksa yang seharusnya memberi hukuman malah justru diberi hukuman. Ini diakibatkan karena manusia memiliki sifat ketidak puasan. Sehingga sering kita dengar “Orang yang berduit akan dipandang dimana pun termasuk di depan hukum”. Pancasila sila kelima “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”, memiliki arti adil dalam menerima hak dan kewajiban. Hal ini juga termasuk dalam hak mendapatkan keadilan di mata hukum. Karena hal itu juga telah terkandung dalam UUD 1945 pasal 27 ayat (1).
·         Banyaknya pembakaran rumah ibadah. Cara mengantisipasi pembakaran rumah-rumah ibadah. 2. Sikap dan perilaku nilai-nilai keadilan sosial. 3. Rasa fanatik FPI dengan agama lain. 4. Banyaknya cara pandang agama Islam.

0 komentar:

 

Kumpulan Aplikasi Lengkap Komputer,Handphone dan Pengetahuan Pendidikan Published @ 2014 by Ipietoon